Rabu, 28 Januari 2009

Geografis Indonesia: Problem Menjadi Profit


Dalam distribusi barang cetakan sebagai sarana melakukan promosi, ada ongkos yang harus dibayar. Namun jika bisa ditekan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna, kenapa tidak?

Tak hanya jumlah penduduknya yang besar, berada di urutan keempat dunia, namun juga kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membuat segala sesuatunya harus diperhitungkan. Jarak dan waktu, serta sarana distribusi antar wilayah menjadikan ongkos produksi semakin mahal. Maka tak heran jika untuk satu item barang yang sama, terjadi perbedaan harga disetiap wilayah.

Sejak era digital memasuki ranah industri kreatif grafika, utamanya pada percetakan, semua masalah itu teratasi. Akses atas informasi, dalam waktu bersamaan dapat dilihat bersama dari tempat berbeda. Begitu pula dalam memproduksi barang-barang cetakan, selain dapat bertindak lebih efisien mencetak sesusai kebutuhan, juga dapat dilakukan dengan sistem cetak jarak jauh [SCJJ].

Hal tersebut tentu menguntungkan semua pihak, baik produsen maupun konsumennya, karena dalam waktu bersamaan dapat dinikmati produk yang sama pada daerah bahkan negara berbeda. Jika dahulu, Kompas Jawa Timur bisa dibaca setelah matahari terbit, kini Kompas Jakarta maupun Kompas Jatim terbit bersamaan.

Artinya, dampak positif yang dirasakan adalah bahwa produk yang sama dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat dalam waktu bersamaan meskipun tempatnya berbeda. Jika demikian halnya, maka roda perekonomian bergerak lebih cepat dan terjadi pemerataan. Jika dahulu jarak dan waktu tempuh adalah problem, maka teknologi digital telah mengubahnya menjadi berkah alias profit.

Keuntungan beralih ke digital, juga untuk memermudah untuk mencetak ulang buku-buku yang kelebihan permintaan pasar, atau bahkan buku-buku yang tidak begitu laku sehingga dengan cetak terbatas, tak ada lagi spreading yang hanya akan merepotkan dalam menyediakan gudang penyimpanan.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog

Pengikut